Anda tentu melihat adegan panas George Clooney yang berendam di bath tub dengan Jennifer Lopez di film Out of Sight? Kesannya hot, bukan. Bercinta di bawah guyuran air memang menantang dan menyenangkan. Sayangnya, prakteknya tak semudah yang Anda bayangkan, meski Anda membayangkan atau mempelajarinya dari film-film romantis. Lou Paget, seksolog dari Amerika, berpendapat bahwa shower sex memang merupakan variasi yang bagus untuk bercinta. Sensasi air dapat dengan cepat meningkatkan gairah pasangan. Sayangnya, dibalik itu semua tersimpan beberapa efek negatif dari shower sex bagi kesehatan. Apa saja?
Pertama, air mekarutkan dan membersihkan lubrikasi atau hampir seluruh cairan pelumas vagina. Dengan hilangnya lubrikasi, maka penetrasi pun akan lebih sulit untuk dilakukan atau tak senyaman biasanya. Karena itu, Paget lebih menyarankan shower sex sebagai foreplay. Kedua, berendam di hot tub dapat menyebabkan pembuluh darah melebar, sehingga ereksi tidak begitu kuat. "Pelebaran pembuluh darah juga dapat menyebabkan kepala terasa berputar-putar atau sakit kepala, terutama saat pengerahan tenaga," ujar Jaime Corvalan, M.N seorang urologis dari San Marino, California. Ketiga, kondom tidak memberikan perlindungan maksimal dalam hot tub. Air melarutkan spermicide dan membuat kondom mudah copot. Selain itu, kontak terlalu lama dengan air panas membuat latex (bahan pembuat kondom) lebih mudah rusak sehingga kecil sekali perlindungan terhadap kehamilan dan penularan penyakit kelamin. Meski demikian, karena sensasinya yang luar biasa, masih banyak pasangan yang tetap bersikukuh ingin bercinta di kamar mandi. Bagi mereka yang menginginkannya, Paget memberikan kiatnya: Pertama, Anda dan pasangan menghadap berlawanan arah dengan datangnya air. Penetrasi dilakukan dari belakang. Telapak tangan pasangan Anda menempel di dinding, agar posisi tubuh dapat stabil, dan penetrasi pun mudah dilakukan.
Kedua, cobalah posisi berhadapan dengan pasangan yang satu melakukan oral sex. Dengan demikian, siraman air dapat memberikan efek pijat pada leher, bahu, dan sebagian punggung pasangan yang berada di bawah. Posisi yang paling menguntungkan adalah salah satu pasangan berdiri, sementara yang lainnya berjongkok. Bilaslah berdua, lalu berganti posisi. Nah, kapan mulai mencoba?
Pertama, air mekarutkan dan membersihkan lubrikasi atau hampir seluruh cairan pelumas vagina. Dengan hilangnya lubrikasi, maka penetrasi pun akan lebih sulit untuk dilakukan atau tak senyaman biasanya. Karena itu, Paget lebih menyarankan shower sex sebagai foreplay. Kedua, berendam di hot tub dapat menyebabkan pembuluh darah melebar, sehingga ereksi tidak begitu kuat. "Pelebaran pembuluh darah juga dapat menyebabkan kepala terasa berputar-putar atau sakit kepala, terutama saat pengerahan tenaga," ujar Jaime Corvalan, M.N seorang urologis dari San Marino, California. Ketiga, kondom tidak memberikan perlindungan maksimal dalam hot tub. Air melarutkan spermicide dan membuat kondom mudah copot. Selain itu, kontak terlalu lama dengan air panas membuat latex (bahan pembuat kondom) lebih mudah rusak sehingga kecil sekali perlindungan terhadap kehamilan dan penularan penyakit kelamin. Meski demikian, karena sensasinya yang luar biasa, masih banyak pasangan yang tetap bersikukuh ingin bercinta di kamar mandi. Bagi mereka yang menginginkannya, Paget memberikan kiatnya: Pertama, Anda dan pasangan menghadap berlawanan arah dengan datangnya air. Penetrasi dilakukan dari belakang. Telapak tangan pasangan Anda menempel di dinding, agar posisi tubuh dapat stabil, dan penetrasi pun mudah dilakukan.
Kedua, cobalah posisi berhadapan dengan pasangan yang satu melakukan oral sex. Dengan demikian, siraman air dapat memberikan efek pijat pada leher, bahu, dan sebagian punggung pasangan yang berada di bawah. Posisi yang paling menguntungkan adalah salah satu pasangan berdiri, sementara yang lainnya berjongkok. Bilaslah berdua, lalu berganti posisi. Nah, kapan mulai mencoba?